DALAM catatan sejarah 25 Nabi dan Rasul, Nabi Nuh a.s. diceritakan telah diutus Allah untuk berdakwah kepada umatnya yang telah terjerumus dalam kesesatan dan kekufuran – kerana kaum Nabi Nuh a.s. menyembah patung dan berhala. Tapi dakwah Nabi Nuh tersebut tidak didengar bahkan Nuh ditentang dan dianggap berdusta. Hal ini sebagaimana ditegaskan Allah dalam al-Quran, “Kaum Nabi Nuh telah mendustakan para rasul.” (QS. Asy-Syu’ara [26]: 105) Tahun berlalu, dan generasi pun berganti. Nabi Nuh a.s. tetap bersabar dan tidak mengenal kata menyerah untuk melaksana sebagai utusan Allah dalam berdakwah – mengajak kaumnya menyembah Allah. Hingga tidak terasa, Nabi Nuh sudah berdakwah selama lebih kurang 950 tahun.
Hal ini sebagaimana ditegaskan di dalam al-Quran, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun...” (QS al-Ankabut [29]: 14)
Nabi Nuh berdakwah siang dan malam, tapi mereka nyaris tidak mempedulikan seruan Nabi Nuh. Hal ini sebagaimana ditegaskan di dalam al-Quran, “Nuh berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang. Maka, seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).” (QS. Nuh [71]: 5 – 6). Selama tempoh waktu 950 tahun, tidak banyak kaum Nabi Nuh mahu mendengar seruan. Bahkan jumlah mereka yang beriman dan mengikuti ajakannya, dikatakan tak lebih dari 10 orang – tapi ada pendapat lain yang mengatakan 3 orang dan kesemuanya itu anak-anak Nabi Nuh sendiri. Kaum Nabi Nuh seperti tak mahu menerima kehadiran Nuh sebagai utusan Allah. Bahkan kaum Nuh menutup telinga, dan menyombongkan diri di depan Nuh. Mereka menganggap Nuh tidak berbeza seperti mereka – hanya manusia biasa. “Kami tak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami dan kami tak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahawa kamu adalah orang-orang yang dusta.” (QS. Huud [11]: 27). Bertahun-tahun Nabi Nuh berdakwah tak mendapatkan simpati, sebaliknya ia justeru dicemuh dan dihina. Hingga akhirnya, ia memohon kepada Allah agar menurunkan bencana kepada kaumnya sebagai sebuah pengajaran. Allah mengkabulkan doa Nabi Nuh. Allah s.w.t. memerintahkan Nabi Nuh membuat kapal (bahtera). Saat Nabi Nuh membuat kapal, lagi-lagi kaumnya mencela dan mencemoh.
Bulan berlalu. Tahun pun berganti. Waktu yang dijanjikan itu pun datang. Nabi Nuh a.s. mengajak pengikutnya – Ibnu Ka’ab menyebutkan jumlah mereka 72 orang, dan pendapat lain mengatakan 10 orang dan bahkan ada yang berpendapat 80 orang – untuk naik ke atas kapal. Bahkan, pengikut Nabi Nuh membawa serta haiwan-haiwan secara berpasangan. Tak lama kemudian, turunlah hujan lebat sehingga mengakibatkan banjir besar.
“Bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung.” (QS. Huud [11]: 42) Kapal Nabi Nuh a.s. itu diriwayatkan berlayar selama kurang lebih 150 hari. Selain orang-orang yang berada di atas kapal, disebutkan tidak ada yang selamat dari banjir besar tersebut. Ketika air telah menutupi seluruh bumi, gunung dan lembah serta seluruh orang yang kafir, Allah memerintahkan kepada langit agar berhenti menurunkan air hujan dan bumi berhenti memancarkan air. Hal itu diterangkan oleh Allah dalam al-Quran yang berbunyi: ‘Dan difirmankan: “Hai bumi, telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahteraitu pun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim.” (QS. Huud [11]: 44)
Jejak Berlabuhnya Kapal Nabi Nuh A.S.
Setelah banjir besar itu surut, kapal Nabi Nuh kemudian terdampar (berlabuh) di sebuah bukit yang tinggi (al-Judy). Lalu, di mana sebenarnya bukit Judi yang menjadi tempat berlabuhnya kapal (bahtera) Nabi Nuh itu?
Pertanyaan inilah yang sampai sekarang masih menjadi perdebatan bahkan diperselisihkan orang. Kerana ada sebahagian yang berpendapat bahawa bukit Judi ada di Amenia. Ada yang mengatakan di Iraq. Ada yang mengatakan di Turki atau juga di daerah Yaman. Al-Quran dan Terjemahannya yang diterbitkan di Indonesia menerangkan bahawa Bukit Judi itu terletak di Armenia sebelah selatan, bersempadan dengan Mesopotamia. Agus S Djamil menulis dalam buku Al-Quran dan Lautan, bahawa menurut QS Huud: 44, terdamparnya bahtera Nabi Nuh itu ada di Bukit Jabal Judi (atau Gudi, atau Kudi atau Kurd) yang terletak di Armenia sebelah selatan bersempadan dengan Mesopotomia atau di kawasan Kurdistan, Iraq sekarang ini, iaitu pada kawasan daratan tinggi Ararat. Tapi, ada juga yang mengatakan Ararat itu bukanlah sebuah bukit, melainkan sebuah perbukitan yang memanjang antara Armenia, Turki dan Iraq bahagian utara, sementara Bukit Judi adalah salah satu bukit dari perbukitan Ararat itu. Adapun mereka yang berpendapat kapal Nabi Nuh itu berada di Armenia berdasarkan pada apa yang diberitakan di dalam Injil bahawa bahtera itu terdampar di Bukit Ararat.
Penelitian yang telah dilakukan sejumlah ahli selama ratusan tahun dengan menggunakan bantuan foto satelit mengemukakan bahawa salah satu kesan yang dipercaya sebagai jejak peninggalan bahtera Nabi Nuh itu terletak di pergunungan Ararat, Turki – yang berdekatan dengan Iran. Pemerintah Turki mendakwa kesan yang ditemukan pada 11 Ogos 1979 itu berada di wilayahnya. Penemuan tentang tempat berlabuhnya kapal Nabi Nuh di pegunungan Ararat itu diperkuat dengan “bukti-bukti lain”; di lokasi itu ditemukan sebuah bentuk kesan seperti bekas perahu. Juga jangkar batu, reruntuhan bekas permukiman dan ukiran dari batu. Dari beberapa foto yang dihasilkan dalam penelitian itu, di lokasi pergunungan Ararat itu memang menunjukkan adanya sebuah perahu yang diperkirakan memiliki luas 7.546 kaki dengan panjang sekitar 500 kaki, lebar 83 kaki dan tinggi 50 kaki. Dari penemuan-penemuan itulah, mereka yakin bahawa pergunungan Ararat itu adalah tempat berlabuhnya kapal Nabi Nuh a.s. Tetapi, kebenaran temuan itu masih dipersoalkan banyak pihak dan menyisakan kontroversi. Apalagi ada yang mengatakan bahawa kapal Nabi Nuh berada di Yaman dengan beberapa alasan.
Selanjutnya dapatkan Hidayah keluaran Mac 2010 di pasaran...
Wednesday, March 3, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment