Wednesday, March 3, 2010

Sunan Giri, Mubaligh Besar Dari Gresik

Sunan Giri dikenal sebagai mubaligh yang banyak mendidik sebilangan para da’i penyebar agama Islam, dari tanah Jawa hingga Maluku. Bukan hanya itu, dia juga masyhur sebagai negarawan. Tata pemerintahan Kerajaan Demak dirancang oleh Sunan Giri. Dia adalah penasihat Raden Patah, Sultan pertama Kerajaan Islam Demak.
Sunan Giri, yang nama kecilnya Raden Paku alias Muhammad Ainul Yaqin, pernah mengalami peristiwa besar saat ia baru saja lahir. Ayahnya adalah Syeikh Wali Lanang alias Maulana Salam, mubaligh keturunan Maulana Ishaq dari Samudera Pasai, Aceh. Wali Lanang diambil menantu oleh Prabu Blambangan. Kemudian beliau diusir dari istana kerana dianggap lancang kerana berani mengajak mertuanya yang masih beragama Hindu untuk memeluk Islam. Banyak kisah karamah yang hidup di tengah masyarakat mengenai Sunan Giri. Menjelang kelahirannya pada 1442 M, Kerajaan Blambangan di Banyuwangi dilanda malapetaka kelaparan dan wabak penyakit, sehingga ibunya, Roro Sabodim melahirkannya dalam kepedihan. Begitu dia dilahirkan, si bayi itu dikatakan sebagai biang keladi malapetaka. Apa boleh buat, beberapa petugas Kerajaan Blambangan pun segera mematuhi arahan menghanyutkan bayi itu di Selat Bali. Bayi mungil itu diletakkan dalam sebuah peti kecil, lalu dihanyutkan di laut lepas. Tapi, berkat pertolongan Allah, peti yang terombang-ambing itu sama sekali tidak terbalik atau tenggelam – sampai sebuah kapal dagangan yang tengah berlayar ke Bali melanggarnya. Anehnya, dikatakan bukan peti itu yang terpelanting, tapi kapal besar itulah yang menghadapi masalah. Kononnya peti berisi bayi itu terselamat berada di atas kapal. Ajaibnya, kapal itu tak boleh dikemudikan untuk melanjutkan perjalanan ke Bali, hingga akhirnya nakhoda memutuskan kembali ke Gresik. Justeru setelah haluan diputar ke arah Gresik, kapal itu berjalan lancar dan berlayar lebih cepat. Padahal perjalanan arah ke Gresik bererti melawan arus laut. Sampai di Gresik, si bayi diambil oleh Nyai Ageng Pinatih, saudagar kaya pemilik kapal yang kemudian mengasuhnya sebagai anak angkat, dan diberi nama Joko Samudro. Setelah dewasa, Joko Samudro berguru ke Ampel, kepada seorang kiai besar yang juga mubaligh, yang dikenal sebagai Sunan Ampel. Ketika itu, usianya baru 11 tahun. Setelah dewasa, Joko samudro mendapat nama baru: Sunan Giri. Ada seorang pemuda lain, yang ketika itu bersama Joko Samudro berguru di pondok pesantren Sunan Ampel, kemudiannya pemuda itu dikenali sebagai Sunan Bonang. Di pondok inilah darjat kewalian Sunan Giri nampak, disaksikan langsung oleh gurunya, Sunan Ampel. Suatu malam menjelang subuh, Sunan Ampel yang tengah mengambil air wuduk menyaksikan kilauan cahaya dari tempat tidur para pelajar pondok. Ternyata cahaya itu memancar dari wajah Sunan Giri. Diam-diam Sunan Ampel mengikat hujung kain Sunan Giri. Paginya dalam majlis pengajian, tahulah Sunan Ampel bahawa pelajar pondok yang bercahaya itu tiada lain adalah Joko Samudro.

Tokoh Besar dan Terhormat
Kebijaksanaan sebagai seorang yang alim juga sudah nampak ketika dia masih muda. Dalam pelayaran berniaga ke Kalimantan, barang dagangan ibunya yang seharusnya dijual malah dibagi-bagikan kepada penduduk. Nyai Pinatih, orang kepercayaan yang mendampingi Joko Samudro, tentu saja terkejut. “Raden, bukankah barang-barang ini seharusnya kita perniagakan?” tanyanya hairan. Joko Samudro menjawab mudah: “Ya. Tapi saya belum melihat ibu berzakat. Saya membahagikan barang ini sebagai zakat untuk membersihkan harta ibu.”
Sebaliknya Joko Samudro malah memerintahkan anak-anak kapal mengisi sejumlah karung dengan batu dan pasir agar kapal boleh seimbang dengan beratnya muatan. Sampai di Gresik tentu saja ibunya naik pitam. Tapi, anehnya, si ibu tak menemukan batu dan pasir. Karung-karung itu berubah menjadi barang dagangan yang ketika itu memang dicari di Kalimantan, seperti rotan dan rempah-rempah. Perjalanan hidup Joko Samudro sebagai seorang Wali Allah sarat dengan kisah-kisah karamah. Di belakang hari, nama besarnya sebagai Sunan Giri dan kedalaman ilmunya, mendorong Syeikh Siti Jenar berguru kepadanya. Tapi, permintaan itu ditolak kerana khuatir Jenar akan menyalahgunakannya. Jenar kononnya bahkan menyamar sebagai seekor gagak lalu masuk ke ruang pengajian Sunan Giri yang tengah mengajar murid-muridnya.

Selanjutnya dapatkan Hidayah keluaran Mac 2010 di pasaran...

No comments: