PARA malaikat adalah hamba dan tentera Allah. Mereka adalah makhluk Allah yang paling mulia dan paling utama. Mereka memiliki darjat masing-masing. Sementara para nabi pula adalah orang yang diperintahkan oleh Allah untuk menetapkan syarak. Mereka adalah utusan Allah kepada manusia. Mereka adalah manusia yang paling suci. Seandainya Allah tidak mengutus para nabi kepada umat manusia, Allah tetap juga akan memberikan hujah (bukti) kepada manusia atas eksistensiNya. Semuanya ini sudah menjadi keadilan Allah, kerana sebelum mengutus para nabi, Allah telah mengilhamkan “kalimatnya” kedalam akal manusia dan menunjukkan bukti akan keberadaanNya. Bahkan manusia itu sendiri adalah salah satu bukti kewujudan Allah s.w.t. Manusia termasuk salah satu kalimat Allah yang boleh dijadikan hujah akan keberadaanNya. Jika kita sebagai manusia mahu merenungkan apa yang ada pada diri kita, atau mahu berfikir tentang apa yang ada di alam semesta ini, nescaya kita akan menemukan kalimat Allah dan tanda-tanda keberadaanNya. Apabila manusia menghimpun kesucian suara hati nuraninya dan membangkitkan daya ingatan, maka mereka akan melihat kalimat-kalimat Allah di saat manusia dan keturunannya mengikrarkan janji. Allah berfirman dalam surah al-‘Araf ayat 172 yang mafhumnya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah megambil kesaksian terhadap jiwa mreka seraya berfirman: ‘Bukankah Aku ini tuhanmu? Mereka menjawab: ‘Betul (engkau Tuhan kami) kami menjadi saksi.” Jadi dalam diri manusia sudah ada bukti keberadaan Allah. Namun kalau dalam diri manusia sudah ada bukti wujud Allah, mengapa Allah perlu mengutus para nabi kepada manusia? Jawabnya: Sesungguhnya para nabi adalah bentuk rahmat atau kasih sayang Allah. Allah tidak berinteraksi dengan manusia dengan keadilan saja, kerana Allah Maha Besar, namun Allah juga berinteraksi dengan hambaNya dengan rahmat. Jadi para nabi adalah rahmat. Setiap nabi yang diturunkan pasti menjadi rahmat bagi kaumnya atau bagi zamannya. Hingga ketika nabi yang terakhir datang maka dia datang sebagai rahmat bagi seluruh alam. Allah s.w.t. berfirman yang mafhumnya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (al-Anbiya’: 107) Jika bukan kerana Muhammad bin Abdullah, kita tidak akan boleh mengetahui kisah para nabi sesuai dengan realiti yang benar, kerana kisah para nabi telah banyak diseleweng sebelum diutusnya Muhammad s.a.w. Orang-orang membuat kisah para nabi menjadi tidak masuk akal, yang tidak selayaknya kisah itu dilakukan oleh seorang nabi. Penyelewengan dan pemutarbelitan fakta dalam kehidupan para nabi telah mereka buat sedemikian rupa tanpa menjaga kewibawaan dan kesuciaan para nabi tersebut. Dalam kitab suci Yahudi dikisahkan bahawa seorang nabi meminum arak dan berzina dengan anak gadisnya sendiri. Ada pula seorang nabi yang dengan sengaja mengorbankan panglima perangnya untuk berperang di garis depan supaya dia dapat melakukan kecurangan dengan isteri panglima itu. Konon ada pula nabi yang menyembah berhala usia menikah dengan gadis cantik jelita penyembah berhala. Demi menuruti kepuasan nafsunya, nabi ini lebih memilih menyembah berhala daripada menyembah Allah si pencipta. Jika anda membaca lembaran kitab suci yang sudah diselewengkan ini, maka sepanjang waktu anda akan merasa bahawa anda berada di hadapan akal manusia yang terbius dan sudah tercemar. Akal-akal itu sudah disuap, sehingga mereka sengaja berbohong tentang kesucian Allah dan para nabiNya, dengan tujuan agar kita sekarang ini terkelabui. Sudah pasti, orang-orang Yahudi memiliki kepentingan tertentu yang tampak jelas dari apa yang mereka lakukan itu. Jika anda beralih dan kitab suci Yahudi menuju kitab suci Nasrani, maka anda akan menemukan kisah-kisah yang bertolak belakang (bertentangan) dengan apa yang ada dalam kitab Yahudi. Hal ini dimaksudkan sebagai bantahan atas apa yang dikisahkan oleh orang-orang Yahudi. Orang-orang Nasrani sangat mengagungkan nabinya, iaitu Nabi Isa a.s. Begitu mengagungkannya, sehingga salah satu dari golongan mereka berkeyakinan bahawa Isa adalah anak Tuhan. Sungguh, kemuliaan Allah sangat tinggi dan Maha Besar. Maha Suci Allah dari apa yang dianggap orang-orang Nasrani itu, mereka telah mengenyahkan keagungan para nabi dengan meremehkan nabi yang satu dan mendewa-dewakan nabi yang lain. Jika tidak ada al-Quran, tentu kita tidak akan mengetahui hakikat para nabi a.s. Hakikatnya para nabi adalah manusia yang paling baik. Mereka masih sebagai seorang manusia: pergi ke pasar, makan, hidup di dunia, dan meninggal dunia. Mereka tidak memilih dirinya sendiri untuk memikul tanggungjawab amanat risalah langit. Sebab menjadi nabi bukanlah hasil dari sebuah usaha, cita-cita, kerja keras, atau pilihan mereka sendiri, melainkan Allah telah memilih mereka.
Dan Allah memilih mereka kerana tahu bahawa mereka adalah insan-insan paling suci dan paling mulia di dunia ini, baik akal ataupun hati mereka. Terlebih setelah mereka menerima mandat dari Allah untuk menyebar risalahNya, Allah memberikan tambahan kemuliaan dan keagungan ke dalam diri mereka, sehingga mereka di sebut dengan “Rasul Allah” atau “utusan-utusan Allah”. Allah tidak mungkin keliru memilih orang untuk menjadi utusanNya. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kesucian khusus, juga mukjizat yang beraneka ragam. Yang dimaksud dengan kesucian para nabi adalah mereka tidak pernah melakukan dosa besar ataupun dosa kecil, baik sebelum diangkat sebagai nabi atau sesudahnya. Mereka selalu berada dalam darjat kehidupan yang sempurna, dan tidak pernah turun dari darjat itu. Jika sampai mereka meniti jalan ke darjat yang rendah dengan melakukan satu kesalahan yang tidak disengaja, maka mereka akan segera naik ke darjat yang sempurna kembali. Dengan memberikan cubaan kepada para nabiNya, sesungguhnya Allah bermaksud mengangkat mereka ke tingkatan yang lebih tinggi dari darjat kesempurnaan, darjat yang kita tidak dapat mengetahuinya dan tidak dapat mengandaikannya.
Selanjutnya dapatkan Hidayah Ogos 2010 di pasaran...
Wednesday, August 4, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment